Pendidikan
Tempat Sampah Pintar Buatan KKM Kel 43 Universitas Bina Bangsa Lebih Bersih dan Sehat
- Selasa, 13 Agustus 2024 | 14:52 WIB
| Jumat, 8 Desember 2023 | 14:40 WIB
Mediakasasi.com | Kab.Garut - Bangunan sekolah adalah suatu tempat fasilitas kegiatan belajar mengajar untuk para guru dan murid untuk mencerdaskan dan mencetak anak bangsa pintar, biasanya bangunan sekolah yang bagus dan indah membuat kegiatan belajar mengajar menjadi kenyamanan bagi pengajar maupun murid itu sendiri, untuk menjadikan kualitas bangunan yang baik dan layak sudah di siapkan oleh pemerintah khususnya Dinas Pendidikan di setiap daerah.
Namun kenyataan bangunan SMPN 2 Samarang yang berada di Jl.Raya Kamojang Kp. Ciparay Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten Garut, sangatlah miris dan mengkhawatirkan bagaikan bangunan tua yang tidak layak huni.
Seperti yang di dapatkan oleh mediakasasi.com ketika mendatangi lokasi sekolah tersebut selain kumuh, beberapa tembok sudah hancur, ruang kelas untuk proses belajar mengajar sangat tidak nyaman, atap yang hampir roboh dan sudah bolong bahkan beberapa kaca jendela pecah yang dapat membahayakan para murid saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Banyaknya keluhan dari beberapa murid yang mengakatan bahwa dirinya sangatlah tidak nyaman sangat melakukan kegiatan belajar mengajat karena kondisi sekolah yang jauh dari kata nyaman karena beberapa faktor seperti banyaknya jendela yang kaca pecah dan di biarkan tidak di perbaiki, atap sekolah sudah lapuk dan nyaris roboh hingga fasiltas kelas dan dan WC yang sangat kumuh.
Diketahui jumlah siswa di SMPN 2 Samarang sekitar 1035 murid dengan nomor pokok sekolah 20209384, jumlah guru & tenaga pendidikan 49 dan menerima anggaran BOS di tahun 2023 untuk tahap I senilai Rp. 578.806.230.00 ,- di tahap II senilai Rp. 485.291.410.00 ,- total sekolah tersebut menerima anggaran BOS senilai Rp. 1.064.097.640.00,- Jum'at (8/12/23)
Saat mediakasasi.com menyambangi lokasi sekolah tersebut kejanggalan sudah terlihat ketika menanyakan kepada kepala sekolah nama yang tertera di Dapodik adalah Agus Hendoyo sedangkan ketika di konfirmasi kepala sekolah SMPN 2 Samarang adalah Evi Sutisna, S.Pd.
"Saya di sekolah ini baru saja menjabat kurang lebih 1 minggu menggantikan ibu Hj. Ani yang sebelumnya menggantikan Kepsek H.Agus Hendoyo yang sudah pensiun 1 bulan kebelakang, memang di Dapodik belum di rubah nama kepala sekolahnya karena mungkin operator belum sempat," katanya.
Kepala sekolah sebelumnya H.Agus Hendoyo sudah pensieun sekitar 1 bulan kebelakang dan Kepsek Evi Sutisna adalah orang kedua yang menjadi kepala sekolah tapi lalaynya operator sekolah yang belum merubah nama dari kepela sekolah tersebut.
Bukannya hanya itu, ketika ditanyakan terkait kondisi sekolah yang sangat miris bahkan mengkhawatirkan Evi Sutisna selaku kepsek tidak bisa berkata apa-apa karena baru menjabat dan melemparkan jawaban kepada bagian sarana prasana bernama Bapak Encep.
Dari pengakuan Encep selaku bagian Sapras di SMPN 2 Samarang menjelaskan terkait kondisi sekolah dan anggaran BOS untuk pemeliaharan sekolah tersebut semua sudah di terapkan tahap I untuk pemagaran mushola, pembelian kunci gembok, penggantian kaca dan yang lainnya.
Untuk tahap II di gunakan untuk membuat salasar tapi dirinya lupa karena banyaknya kegiatan yang dikerjakan namun sudah tercatat di bendahara.
Ketika disinggung perihal kaca jendela yang pecah dan membahayakan untuk murid Encep berdalih.
"Kalau untuk kaca yang pecah sebelumnya sudah diperbaiki tapi bolong dan pecah karena suka di lempar oleh orang yang tidak bertanggung jawab, sedangkan kaca itu kalau tidak salah sekitar 3 bulan ke belakang baru saja di ganti tapi sudah pecah lagi karena ada yang melempar, " dalih Encep.
Betapa malunya pihak sekolah termasuk Encep ketika awak mediakasasi.com menjelaskan bahwa sudah pernah datang kesekolah tersebut 4 bulan ke belakang atau di bulan September dan kondisi kaca memang seperti itu pecah-pecah dan bolong dan dibiarkan begitu saja Encep pun bedalih kembali dan mengatakan
"Saya tidak bohong kaca itu sudah pecah 3 bulan kebalakang memang belum di perbaiki karena anggaranya pemeliharannya di gunakan untuk membuat salasar," kata Encep.
Ketika di singgung terkait bukti jika memang sudah pernah ada perbaikan kaca, Encep menjawab bahwa bukti diakui tidak ada CCTV dan kalau untuk penggantian kaca 3 bulan kebelakang ada di bendaraha.
"Namun bendaharanya sedang tidak ada di sekolah karena ada rapat," ujar Encep.
Begitu juga terkait 1 ruang kelas yang sudah kumuh dan hancur tapi masih di gunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Encep menjelaskan kembali
"Kalau untuk ruangan itu memang sudah hancur dan tidak layak tapi karena ruang kelas tidak cukup makannya di gunakan belajar untuk sementara," jelas Encep.
Pengakuan pihak sekolah kepada mediakasasi.com bahwa pihaknya sudah beberapa kali membuat pengajuan untuk rehab ruang kelas kepada Dinas Pendidikan Kab.Garut bahkan kata Encep sudah mendatangkan pihak dari PUPR untuk mengecek kelayakan sekolah untuk di rehab tapi hingga saat ini belum ada tanggapan dari Dinas Pendidikan Garut.
Encep dan Kepala Sekolah SMPN 2 Samarang berharap Dinas Pendidikan Kab.Garut segera buka mata dan melihat kondisi sekolah tersebut dan dilakukan perbaikan sekolah maupun rehab dan berharap kedepannya kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali karena dengan kondisi seperti kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu dan tidak nyaman.
Dalam hal ini sudah jelas pihak sekolah lebih mementingkan keperluan yang tidak mendesak ketimbang keselamatan dan kenyamanan murid dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dan juga tidak peka nya atau acuhnya Dinas Pendidikan Kab.Garut dalam melakukan pengawasan terhadap sekaolah tersebut.
Pewarta : Ar-Se
Bagikan melalui