Peristiwa
Perangkat Desa Tidak Beretika, 'Ibarat Air Susu di Balas Dengan Air Tuba'
- Selasa, 19 Agustus 2025 | 14:51 WIB
| Jumat, 8 Agustus 2025 | 11:49 WIB
Sekumpulan pengamen anak-anak di perempatan lampu merah jalan raya Soreang-Alfathu/Istimewa
MEDIAKASASI | Kab Bandung -- Geladangan dan Pengamen (Gepeng) masih terlihat berkeliaran di wilayah soreang tepatnya jalan raya Soreang terusan al-fathu atau perempatan lampu merah depan kantor Desa Soreang.
Kehadiran para gepeng tersebut membuat berbagai tanggapan dari para pengendara roda dua maupun empat, banyak yang risih namun tidak sedikit pula ada yang merasa empati terhadap mereka.
Tanggapan dari seorang pengendara motor berinisial S (46) bahwa dirinya hampir setiap hari melihat mereka (Gepeng) sering berada di perempatan jalan dan memang sangat risih.
"Saya sering melihat mereka setiap hari berada disini, sejujurnya risih sih tapi bagaimana lagi mungkin memang mereka tidak memiliki pekerjaan makannya menjadi pengemis," ujar S, Jumat (8/8/2025).
Berbeda pendapat dengan yang dikatakan oleh seorang wanita pengendara roda Y (35) yang menilai sangat empati dan miris terhadap mereka.
"Miris sih melihat mereka menjadi seorang pengemis apalagi saya seorang wanita melihat ada ibu-ibu juga sambil menggendong anak kecil tapi disisilain rasa empati saya terhadap pekerjaan mereka" kata Y.
Namun, Ia berharap pemerintah segera turun tangan supaya mereka para (gepang) tidak makin banyak dan pemerintah juga bisa memberikan solusi terhadap mereka.
"Harapan saya semoga pemerintah segera turun tangan jangan sampai dibiarkan takutnya makin banyak gepeng dan segera ditertibkan tapi berikan juga solusi terhadap mereka," pungkas.
Disisilain Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memiliki fokus pada penertiban pengemis dan anak jalanan (anjal) di wilayahnya.
Ia berencana untuk menindak tegas pengemis maupaun gelandangan serta akan memberikan sanksi kepada kepala daerah yang masih membiarkan adanya pengemis di wilayahnya, terutama anak-anak.
Dedi Mulyadi juga menekankan pentingnya perubahan mentalitas masyarakat Jawa Barat, dari yang dianggap "pangedulan" (pemalas) menjadi "petarung".
Selain itu, Dedi Mulyadi juga menyoroti pentingnya penyediaan fasilitas dan layanan dasar yang memadai untuk masyarakat, sehingga tidak ada lagi alasan bagi warga untuk mengemis.
Ia juga menekankan bahwa kegagalan seorang pemimpin dapat dilihat dari keberadaan pengemis dan anak yatim yang tidak sekolah.
Lantas dimanakan peran Dinas Sosial Kabupaten Bandung jika melihat dari jarak tempat para gepeng tersebut tidak jauh dengan kantor Pemerintahan Kabupaten Bandung apakah mereka tidak melihat atau pura-pura buta. (Arent)
Bagikan melalui