foto

Mediakasasi.com, Temanggung--

Lahan pertanian di lereng gunung Sumbing wilayah Kabupaten Temanggung pada bulan Maret sebagian besar ditanami tumbuhan tembakau, hingga panen raya pada Bulan Agustus – Sebtember.

Menjelang panen raya tembakau tahun 2022 ini produksi tembakau dipastikan menurun hingga 2.300 ton, seiring dengan berkurangnya lahan dan produktivitas belum optimal.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Peternakan Temanggung Joko Budi Nuryanto, produksi tembakau tahun ini mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain berkurangnya lahan tembakau, juga karena cuaca yang kurang mendukung saat musim tanam lalu.

“Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dan mempengaruhi tumbuhan tembakau pada awal penanaman di lereng gunung Sumbing ini. Kami berharap hingga akhir panen raya mendatang cuaca bisa terus membaik,” paparnya,  Selasa (9/8/2022) kemarin.

Joko menyebutkan, pada tahun 2021 lalu produksi tembakau kurang lebih mencapai 18.600 ton, dimungkinkan pada tahun 2022 ini produksinya kira-kira 16.3000 ton.

“Memang lahan petani di lereng pegunungan ini luas, akan tetapi produktivitas petani kami masih belum tinggi, karena di samping buat tanam tembakau juga terdapat tanaman kopi dan kobis,” ucapnya.

Joko menambahkan, produk tembakau unggulan Temanggung terbagi menjadi grade A sampai I yang ditentukan oleh faktor cara pemetikkannya, bau dari aroma tembakau itu sendiri, dan yang terakhir warna dari daunnya. Kalau misalkan kita cari di google grade A apa, kandungan nikotinnya berapa, kandungan gulanya berapa nggak bakalan ketemu. Karena sesungguhnya ada tiga, cekel (pegang), ambu (cium aroma) dan warna. “Kalau sudah sesuai baru bisa dikategorikan ke grade yang mana. Di samping itu, Temanggung sendiri mempunyai tembakau unggulan yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Tembakau Srintil,” terangnya.

Sementara itu, Cituk merupakan  petani tembakau Desa Petarangan mengatakan, faktor cuaca memang sangat mempengaruhi tembakau tahun ini, dari mulai menanam saja sudah sangat sulit karena curah hujan sangat tinggi jadi tembakau pada busuk dan mati.

“Batang pada hitam kebanyakan terkena air hujan dan mati,” jelasnya.

Jadi wajar, lanjut Cituk, kalau hasil tahun ini turun karena memang kondisi di lahan seperti itu barang berkurang drastis.

“Semoga saja cuaca terus membaik dan menghasilkan tembakau super serta harga bisa stabil karena dua tahun ini petani tembakau mengalami kerugian karena tembakau harganya murah,” tutupnya.***

BE

Bagikan melalui