foto

Aliansi Peduli Selat Sunda (APSS) mengajak seluruh masyarakat wilayah Pelabuhan Merak serta para stakeholder pelabuhan untuk mengibarkan bendera merah putih di rumah, kapal, dermaga, dan berbagai fasilitas pelabuhan/Istimewa

MEDIAKASASI | MERAK-- Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2025, Aliansi Peduli Selat Sunda (APSS) mengajak seluruh masyarakat wilayah Pelabuhan Merak serta para stakeholder pelabuhan untuk mengibarkan bendera merah putih di rumah, kapal, dermaga, dan berbagai fasilitas pelabuhan.

Gerakan ini mengundang partisipasi GAPASDAP (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan), INFA (Indonesia National Ferryowners Association), BPTD (Balai Pengelola Transportasi Darat), KSOP (Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan), Bea Cukai, ASDP Cabang Merak, komunitas nelayan Pulo Merak, serta instansi lain yang beroperasi di kawasan pelabuhan.

“Kami ingin Selat Sunda menjadi lautan merah putih pada 17 Agustus nanti. Setiap kapal yang berlayar, setiap dermaga, dan setiap sudut pelabuhan harus memancarkan semangat kemerdekaan,” ujar Hadi, Kepala Bidang Ketenagakerjaan APSS, Jumat (8/8).

Riyan, Ketua Pemuda Babakanturi, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Pulomerak, menegaskan bahwa gerakan ini akan melibatkan warga hingga tingkat RT.

“Kami akan pastikan bendera terpasang di rumah warga, perahu nelayan, bahkan di tiang-tiang jalan menuju pelabuhan,” ucapnya.

Kami juga megajak ASDP Merak untuk mendukung gerakan ini dengan menghiasi kapal feri dan area dermaga.

Sementara itu, komunitas nelayan Pulo Merak berkomitmen memasang bendera di setiap perahu yang berlayar di perairan.

Jejak Sejarah di Selat Sunda Selat Sunda, yang memisahkan Pulau Jawa dan Sumatra, telah lama menjadi jalur laut strategis. Pada masa Revolusi Kemerdekaan (1945–1949), wilayah ini berperan sebagai rute utama distribusi logistik dan komunikasi antara pejuang di kedua pulau.

Distribusi logistik:

Jalur ini digunakan untuk mengirim makanan, obat-obatan, pakaian, dan peralatan perang ke wilayah-wilayah yang memerlukan dukungan pasukan republik.

Mobilitas pejuang:

Kapal kecil dan perahu nelayan mengangkut kurir, utusan daerah, dan pejuang, meminimalkan risiko penangkapan di jalur darat yang rawan blokade.

Peran Pelabuhan Merak: Dikembangkan sejak awal abad ke-20, pelabuhan ini menjadi pintu gerbang penting. Infrastruktur yang ada, ditambah dukungan nelayan dan buruh pelabuhan, membentuk “jaringan bawah tanah” untuk suplai dan komunikasi.

Risiko blokade:

Pada masa itu, patroli laut Belanda dan sekutu membuat penggunaan jalur kecil dan teknik kamuflase menjadi penting agar logistik sampai dengan aman. Kini, setelah kemerdekaan, Pelabuhan Merak bertransformasi menjadi simpul transportasi nasional yang menghubungkan Jawa–Sumatra secara reguler, tetapi jejak sejarah perjuangannya tetap menjadi bagian dari identitas kawasan.

“Ketika nanti kapal melintas di Selat Sunda dan semua mata melihat merah putih berkibar, itu bukan hanya tanda perayaan. Itu pesan persatuan untuk seluruh Indonesia,” pungkas Hadi. (Bdi)

Bagikan melalui